Di Aceh Besar sekarang , 2000 tahun sebelum lahir Nabi Isa telah berdiri sebuah Kerajaan yang bernama Kerajaan Indra Purba.Dalam perjalanan sejarahnya selama ribuan tahun itu, Kerajaan Indra Purba telah banyak mengalami, bahkan diserang oleh agressor dari luar, seperti serangan dari Sriwijaya, Gola, China, Portugis, dan lain-lain.Diantara tahun 450 – 460 H prajurit China yang sudah menduduki Kerajaan Indra Jaya menyerang Kerajaan Indra Purba (Ibukota Lamuri) pada waktu itu diperintah oleh Maharaja Indra Sakti.
Diwaktu berkecamuk perang antara kedua pasukan itu, yaitu pasukan China dengan pasukan Indra Purba datanglah pasukan Kerajaan Islam Peureulak sebanyak 300 orang dipimpin oleh seorang ulama, yaitu Syeikh Abdullah Kan’an yang bergelar “Syiah Hudan”. Mereka datang dari Dayah Cot Kala Bayuen yang merupakan seorang pemuda tanpan dan rupawan bernama Johan Putra.
Rombongan tersebut mendapat izin menetap di Kerajaan Indra Purba di sekitar daerah Mamprai mereka membuka kebun lada/merica.
Karena Kerajaan Indra Purba diserang bertubi-tubi oleh pasukan China, maka para pendatang Islam di bawah pimpinana Panglimanya Meurah Johan, tampil kekancah perang bersama-sama dengan pasukan Indra Purba mengahadapi pasukan China Budha.
Berkat bantuan dari Pasukan Islam pimpinan Meurah Johan, akhirnya pasukan China dapat dikalahkan dan Lamuri mendapatkan kemenangan yang gemilang. Melihat pasukan Islam berjuang sangat gigih disaat perang berlangsung dan juga mereka sangat taat beribadah serta menunjukkan perilaku yang baik dan mempesona, akhirnya Maharaja Indra Sakti dan seluruh rakyat Kerajaan Indra Purba memeluk agama Islam.
Sebagai rasa terima kasih karena Raja Indra Sakti telah memeluk Islam, maka Meurah Johan mengawinkan dengan Putri Blang Indra Kesuma.
Tentara China yang menyerang Lamuri tersebut dipimpin oleh seorang panglima wanita, namanya Nian Nio Lian Khi. Setelah kalah perang (ia kalah berhadapan dengan pasukan Muerah Johan), Panglima Pasukan China tersebut akhirnya masuk Islam dan akhirnya dia gila (jatuh cinta) pada Meurah Johan. Dengan persetujuan isterinya Puteri Indra Kesuma dan Syeikh Abdullah Kan’an, Meurah Johan mengawini Nian Nio. Di kemudian hari namanya terkenal dengan sebutan Putroe Neng.
Dengan masuk Islamnya Putroe Neng maka semua pasukan China ikut bersamanya masuk Islam.
Adapun Syeikh Abdul Kan’an sebagai pimpinan mubaligh Islam ke Lamuri, Kemudian namanya terkenal dengan sebutan Teungku Chik Lampeuneu’uen.
Setelah 25 tahun perang berakhir, mangkatlah Maharaja Indra Sakti. Sebagai penggantinya diangkatlah menantunya Meurah Johan menjadi Raja Indra Purba dengan gelar Sulthan Alaiddin Johan Syah. Kemudian Kerajaan Indra Purba dijadikan Kerajaan Islam dengan nama Kerajaan Darussalam, dengan ibukota kerajaannya dibangun baru di tepi Kuala Naga (Krueng Aceh sekarang) dengan nama Bandar Darussalam.
Kerajaan Darussalam diproklamirkan oleh umat Islam Indra Purba dengan ibukota yang baru bernama Bandar Darussalam pada hari Jum’at di bulan Ramadhan tahun 601 H.
Selain membangun ibukota Kerajaan yang baru Bandar Darussalam. Sulthan Alaiddin Johan Syah juga membangun sebuah tempat peristirahatan di daerah pegunungan dataran tinggi bernama Glee Weueng. Di tempat peristirahatan itulah Sulthan Alaiddin Johan Syah dimakamkan, begitu juga kedua puteranya, yaitu Sulthan Ahmada Syah dan Sulthan Mahmud Syah.
0 komentar: — Skip to Comment.
Posting Komentar — or Back to Content